Wednesday, October 7, 2015

Kota Ini Berisi Hampir Semuanya Lautan

Tags

Pada bulan Juli 2012, China mengumumkan sebuah kota dengan tingkat perfektur yang baru bernama Sansha lebih tepatnya berada pada Pulau Yongxin, di Laut Cina Selatan, sekitar 350 kilometer bagian tenggara dari pulau Hainan. Pulau ini dikenal pada grafik internasional sebagai Pulau Woody, sangat kecil bahwa hanya 2.700 meter untuk lapangan terbang yang telah di selesaikan oleh militer Cina pada tahun 1990, dimana lapangan terbang ini mencuat hampir setengah panjangnya ke laut.

Pemerintah Shansha mengelola beberapa kelompok pulau, termasuk kepulauan Spratly, Kepulauan Paracel, dimana Pulau Woody adalah yang terbesar, pulau ini benar-benar terendam oleh laut di sekitarnya yang merupakan daerah Macclesfield Bank. Sansha memiliki arti "tiga bank pasir" dalam bahasa Mandarin dan berarti kelompok tiga pulau dan pulau karang. Total lahan tanah dari area Sansha kurang dari 13 km persegi, namun area perairan mencapai hampir 2 juta km persegi. Hal ini membuat Sansha menjadi kota yang terkecil sekaligus terbesar di China, terkecil karena area tanah dan populasinya, namun terbesar karena total area yang dimiliki termasuk wilayah perairan.

Penampakan area dari Pulau Woody atau Pulau Yongxing. Photo credit

Pulau ini terletak di Laut Cina Selatan diperebutkan oleh beberapa negara yaitu Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Taiwan. Kepulauan Paracel diklaim oleh Vietnam, namun untuk sekarang sepenuhnya sudah di kendalikan oleh Cina. Kepulauan Spratly juga di klaim secara keseluruhan atau bagian oleh Vietnam, dimana memiliki kepulauan terbanyak, sama seperti Malaysia, Filipina dan Taiwan. Bagian pulau Macclesfield Bank yang terendam air laut di kelilingi oleh terumbu karang dan memperkaya kehidupan ikan hingga ke wilayah timur dari Paracel juga di klaim oleh Vietnam, Filipina, dan Taiwan.

Dengan mendirikan kota Sansha sehingga adanya sengketa karena kekayaan dari Laut Cina Selatan, Cina pada dasarnya menegaskan akan haknya terhadap kepulauan tersebut, dan Cina juga memiliki haknya untuk ikan dan cadangan minyak yang besar, dan diyakini berada di dasar lautan. Daerah ini memiliki jalur laut yang paling banyak digunakan kedua di dunia. Sepertiga dari pengiriman di dunia dilakukan melalui jalur laut.

Semenjak diumumkannya Sansha, pengembangan di Pulau Woody berjalan sangat pesar, bahkan Vietnam dan Filipina terus memberikan protesnya. Filipina mengetakan bahwa ia tidak akan mengakui kota ini beserta hukumnya, serta Vietnam mengatakan tindakan Cina melanggar hukum internasional. Pemerintah Amerika Serikat juga menyuarakan keprihatinannya dengan mengatakan, "kami sangat prihatin apabila ada pergerakan yang sepihak dan akan ada masalah yang timbul."

Pulau Woody memiliki fasilitas yang telah dibangun dengan resmi seperti bank, perpustakaan, sebuah observatorium, hotel, rumah sakit, dan bangunan penting lainnya. Kota ini juga baru-baru ini telah menarik perhatian wisatawan, dan untuk itu dibuat kembali dua museum sebagai tempat wisata. Tempat wisata lainnya yang menarik perhatian yaitu beberapa monumen dan menara yang merupakan peninggalan Tentara Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II.


Penampakan area dari Pulau Woody atau Pulau Yongxing. Photo credit

Terletak lima mil dari Barat Selatan Pulau Yongxing, Qilianyu terdiri dari tujuh pulau-pulau kecil, dan merupakan bagian dari Sansha. Photo credit

Pandangan udara dari pulau-pulau kecil dan terumbu karang di kepulauan Yongle di Sansha. 

Perahu nelayan dan kapal pelayanan publik di pelabuhan Pulau Woody. Photo credit

Bangunan pemerintah Sansha dibangun di Pulau Woody.

Pandangan udara dari pelabuhan yang terletak di bagian selatan Pulau Woody.



Artikel Terkait